Senin, 27 Mei 2013

Tornado Moore 2013

Tornado Moore 2013
Tornado saat melintasi barat daya Moore
Tornado saat melintasi barat daya Moore
Tanggal:20 Mei 2013
Jam:14:56–15:36 CDT (UTC−05:00)
Kekuatan:Tornado EF4 Awal
Kerugian:Tidak diketahui
Korban:Sedikitnya 24 orang,, lebih dari 242 luka-luka
Wilayah:Moore, Newcastle, Southern Oklahoma City
Tornado Moore 2013 terjadi pada Senin sore, 20 Mei 2013, dengan intensitas EF4 dan kecepatan antara 166 dan 200 mph saat menerjang Moore, Oklahoma, Amerika Serikat, dan wilayah sekitarnya. Musibah ini menewaskan sedikitnya 24 orang, termasuk 9 anak dan melukai lebih dari 242 orang. Tornado ini adalah bagian dari sistem cuaca besar yang menghasilkan beberapa tornado dua hari sebelumnya. Tornado mendarat pada pukul 14:56 CDT (19:56 UTC) dan baru menghilang setelah 40 menit melintas sejauh 20-mil (32 km). Tornado mendarat di barat Newcastle dan menyapu kawasan padat permukiman di Moore. Lebar puncaknya mencapai lebih dari 2 mil (3.2 km).

Kerusakan

Kerusakan yang dihasilkan tornado ini bisa dilihat dari kekuatan tornado 4 dalam skala Fujita (kecepatan angin 267 hingga 321 km per jam), sehingga menyebabkan kerusakan bangunan sekolah dan rumah sakit di Moore, Oklahoma. Sekolah tersebut berisi 75 anak yang mungkin terperangkap di antara reruntuhan. Sementara kerusakan di rumah sakit menyebabkan seluruh pasien harus dievakuasi ke Rumah Sakit Norman Regional dan Rumah Sakit Health Plex. Tornado ini juga memaksa Gubernur Oklahoma, Mary Fallin, menyatakan keadaan darurat di 16 counties. Presiden Obama juga menyatakan tornado ini sebagai sebuah bencana, yang artinya bantuan federal akan diturunkan.
Tornado ini sempat menghantam peternakan kuda sehingga 80 kuda tersedot ke dalam pusaran angin

Korban jiwa

Hingga 21 Mei 2013 pukul 04:03 GMT, tornado ini setidaknya merenggut 51 korban jiwa, dan 120 orang harus dirawat di rumah sakit. 20 orang di antara korban tewas adalah anak-anak. Jumlah korban bisa terus bertambah.

Tornado 1999

Sebelumnya Oklahoma City juga pernah mengalami bencana tornado EF5 pada bulan Mei 1999. Bencana ini berdampak tewasnya 36 orang.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tornado_Oklahoma_2013

Jumat, 10 Mei 2013

Kima

Pahlawan Lautan yang Terancam Punah

 
Kima (Tridacna/ Giant Clam) adalah kerang terbesar (kerang raksasa) dari seluruh jenis kerang-kerangan. Ukuran besarnya dapat mencapai 1,5 meter dengan berat sekitar 250 kg. Fungsi Kima pada kehidupan ekosistim dilautan — yang pada akhirnya untuk kepentingan kehidupan di muka bumi — sangat luar biasa. Dengan sistim filter yang dimilikinya, maka setiap ekor Kima mampu membersihkan puluhan ton air laut setiap hari. Dari hasil pembersihannya tersebut kemudian menjadi penolong untuk pertumbuhan dan pewarnaan terumbu karang, ikan dan aneka biota laut lainnya. Selain itu, sel telur Kima yang jumlahnya jutaan ekor sekali bertelur, menjadi ‘’santapan lezat’’ bagi ikan, sehingga Kima juga diberi ‘’label’’ sebagai ‘’pabrik makanan gratis’’ di lautan.
Kelebihan lainnya, daging Kima dikenal berprotein tinggi, sehingga menjadi menu khusus dan mahal pada restoran terkenal di dunia. Warna daging Kima hidup pun sangat mempesona, sehingga menjadi buruan untuk menghuni aquarium pribadi para pesohor dan menjadi koleksi andalan pada wahana di jaringan usaha Underwater Seaworld.
Namun karena kelebihannya itu, Kima pun diburu dan diekploitasi berlebihan. Akibatnya, Kima diambang kepunahan, bahkan, disebagian besar negara berlaut hangat, beberapa species Kima, utamanya Tridacna Gigas dan Derasa, telah menghilang dari lautannya. Begitupun di Indonesia.
Adalah Konservasi Taman Laut Kima Toli-Toli (Toli-Toli Giant Clam Marine Park Conservation) di Kendari, Sulawesi Tenggara, yang mengusahakan penyelamatan Kima dari ancaman kepunahan melalui kegiatan konservasi. Kegiatan yang dilakukan dengan suka-rela plus dengan peralatan seadanya dan dana pribadi, oleh masyarakat setempat ini, telah menempatkan sedikitnya 750 ekor — tujuh — dari sembilan species Kima yang ada di dunia.  Dari catatan kami, konservasi  ini merupakan Konservasi Taman Laut Kima —di laut lepas –Pertama di Indonesia.

Eksploitasi berlebihan terhadap hasil laut, utamanya ikan untuk konsumsi, ikan hias, bebatuan laut; utamanya karang/batu hias, tumbuhan dasar laut dan terumbu karang, termasuk Kima / Giant Clam (Tridacna), sudah semakin mengkhawatirkan. Eksploitasi berlebihan ini bukan hanya dilakukan oleh nelayan, tetapi juga oleh pengusaha perikanan, untuk memenuhi kebutuhan pasar eksport.
Dengan kegiatan seperti diatas, — dimana kebutuhan pasar lebih besar dibanding volume produksi — maka kehancuran biota laut  telah di pelupuk mata. Terlebih dengan penggunaan potasium sianida dan bahan peledak untuk memperbanyak hasil tangkapan, telah  merusak, bahkan memusnahkan aneka biota laut, termasuk Kima.
Kima adalah biota laut yang merupakan kerang terbesar (kerang raksasa) dari seluruh jenis kerang-kerangan. Biota laut ini hidup dikawasan terumbu karang dan pasir di laut hangat, hingga kedalaman 20 meter. Dari data yang kami peroleh, besarnya Kima dapat mencapai ukuran 135-150 cm (Kima raksasa). Namun untuk mencapai ukuran tersebut, Kima memerlukan masa pertumbuhan hingga ratusan tahun.
Masa pertumbuhan Kima sangat lamban. Belum lagi, untuk dapat hidup, sejak dari sel telur hingga memiliki cangkang (Kima muda), Kima sangat rentan terhadap predator. Dari jutaan sel telur yang dihasilkan Kima dewasa, yang dapat hidup hingga memiliki cangkang hanya puluhan ekor saja. Sebagian besar sel telur tersebut menjadi santapan ikan. Dan setelah memiliki cangkang, Kima masih menjadi makanan empuk bagi kepiting, ikan karang dan gurita. Dengan perannya sebagai ‘’santapan’’ ini, maka Kima juga dikenal sebagai ‘’pabrik makanan gratis’’ di lautan.
Dari jenisnya di dunia, Kima memiliki sembilan species, yaitu Tridacna Gigas, T. Derasa, T. Squamosa, T. Maxima, T. Crocea, T. Tevoroa, T. Rosewate, Hippopus-Hippopus dan Hippopus Porcellanus. Species ini dibedakan berdasarkan cangkangnya; bersisik, lunak, tebal, tipis, besar  dan kecil.
Dari tebarannya, Kima hanya ditemukan di Samudera Hindia dan Pasifik Selatan (indo-pacific), namun tidak semua wilayah berlaut hangat tersebut memiliki Kima, atau telah hilang dari lautannya. Dari hasil penelusuran kami, di Asia, Kima hanya ditemukan di Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, India, China bagian timur dan pantai utara Australia serta Papua New Ginie.
Thailand, Malaysia, Pilipina dan Australia adalah Negara yang paling konsentrasi dan berkelanjutan dalam menyelamatkan Kima. Di benua lain, ada Fiji, Solomon Island dan beberapa Negara lain. Indonesia tidak termasuk Negara yang memiliki kepedulian akan keselamatan Kima.
Thailand memiliki proyek khusus penyelamatan Kima di Koh Tao dan di Phuket. Proyek yang dipimpim langsung oleh Permaisuri Kerajaan Thailand, telah menempatkan sedikitnya 3.000 ekor Kima dengan ukuran maksimal 45 cm.
Pemerintah Autralia telah menempatkan paling sedikit 6.000 ekor Kima di Great Barrier Reef dan Pilipina menempatkan sedikitnya  20.000 ekor Kima di taman lautnya.. Malaysia pun memiliki proyek serupa di Semenajung Malaysia dan di Sabah. Sedang di Indonesia belum ada data yang mengarah pada adanya perhatian secara berkelanjutan terhadap biota laut ini, kecuali sebuah perusahaan swasta yang membudidayakan Kima untuk kepentingan bisnis di Bali. Fakultas Kelautan Unhas Makassar pernah melakukan penelitian bersama ADB, namun  kegiatan itu telah berakhir.
Dari sembilan species Kima yang ada di dunia, tujuh diantaranya dapat ditemukan di Indonesia, yaitu; Tridacna Gigas, T. Derasa, T. Squamosa, T. Maxima, T. Crocea, Hippopus-Hippopus dan Hippopus Pocellanus. Namun untuk Sumatra, Jawa dan sebagian Kalimantan, spesies Tridacna Gigas dan Derasa di duga telah punah.
Daging Kima dikenal memiliki protein yang tinggi, sehingga selain dikonsumsi oleh masyarakat, daging Kima juga menjadi salah satu komoditas ekspor ke berbagai Negara, utamanya Jepang, Hongkong, Taiwan dan Singapura, dan menjadi menu andalan di restoran tingkat dunia. Sedang cangkangnya, disamping dipergunakan untuk perhiasan, juga menjadi bahan baku untuk keramik.
Karena Kima hidup dapat mempertontonkan warna-warni yang meneduhkan pandangan mata, maka Kima pun banyak yang menghuni  akuarium pribadi para pesohor dan menjadi wahana andalah pada  jaringan usaha Underwater Seaworld. Dengan kegunaan tersebut, Kima pun  diburu dan diekploitasi berlebihan.






 Sumber: http://www.indonesiamedia.com/2010/07/09/pahlawan-lautan-yang-terancam-punah/

Perpustakaan Proklamator Bung Hatta

Perpustakaan Proklamator Bung Hatta merupakan salah satu Perpustakaan Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Kusuma Bakti-Gulai Bancah, Bukittinggi, Sumatera Barat, tepatnya di komplek Gedung Walikota Bukittinggi. Perpustakaan ini terdiri dari kepala perpustakaan, pustakawan, bahan pustaka yang berbagai macam, serta ruangan yang beragam . Perpustakaan yang merupakan perpustakaan terbesar di Provinsi Sumatera Barat ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 September 2006 dalam suatu acara di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta









Sejarah

Perpustakaan Umum Mohammad Hatta

Awalnya, pada tanggal 12 Agustus 1976 didirikanlah Perpustakaan Umum Mohammad Hatta yang terletak di Jln. A. Riva’i, tepatnya di sebelah Rumah Sakit Umum Daerah DR. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi. Perpustakaan ini diresmikan oleh Bung Hatta sendiri yang merupakan putra Minangkabau sekaligus Pahlawan Proklamator Republik Indonesia .

Perpustakaan Proklamator Mohammad Hatta

Dalam perkembangannya, perpustakaan ini telah mengalami pergantian nama beberapa kali. Setelah bernama Perpustakaan Umum Mohammad Hatta, perpustakaan ini sempat diganti namanya menjadi Perpustakaan Proklamator Mohammad Hatta .
Sejak didirikannya Perpustakaan Proklamator Mohammad Hatta, masyarakat diberikan pelayanan secara cuma-cuma. Setiap tahunnya pelayanan yang diberikan mengalami peningkatan terus menerus. Begitu pula dengan penggunanya yang semakin hari juga semakin bertambah. Tidak hanya dari masyarakat Bukittinggi sendiri, namun juga dari masyarakat luar Kota Bukittinggi. Akibatnya gedung perpustakaan yang berlantai dua ini terasa semakin sempit. Kemudian Pemerintah Kota Bukittinggi berencana untuk membangun gedung perpustakaan baru yang lebih luas dibanding gedung perpustakaan sebelumnya .

Perpustakaan Proklamator Bung Hatta

Pada tahun 2000-an, pemerintah berencana untuk membangun perpustakaan kembar, yaitu perpustakaan yang akan dibangun di daerah kelahiran dua orang Pahlawan Proklamator Republik Indonesia. Kemudian rencana tersebut pun berhasil diwujudkan pada tahun 2003, yaitu dengan dibangunnya Perpustakaan Soekarno di Kota Blitar, dan diikuti dengan pembangunan Perpustakaan Proklamator Mohammad Hatta di lokasi yang lebih luas dan berdampingan dengan Kantor Walikota Bukittinggi yang baru. Kemudian Perpustakaan Proklamator Mohammad Hatta ini mengalami pergantian nama menjadi Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, dan kemudian diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 September 2006. Peresmian tersebut ditandai dengan penekanan sirine oleh Presiden SBY, dan diikuti dengan pembukaan selubung kain prasasti yang berisi nama Perpustakaan Proklamator Bung Hatta serta patung tokoh Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Dr. Mohammad Hatta pada pukul 18:15 WIB. Selanjutnya presiden menandatangani prasasti peresmian Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dan melakukan peninjauan ke dalam gedung perpustakaan. Tidak hanya itu, Presiden berkenan untuk memberikan pesan beliau pada buku tamu .
Seiring dengan perkembangannya, perpustakaan ini sejak tahun 2006 hingga sekarang sedang berproses menjadi perpustakaan UPT Perpustakaan Nasional. Oleh sebab itu, perpustakaan ini mulai membenahi setiap bagian yang ada agar menjadi lebih baik, sehingga nantinya layak disebut sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional. Selain peningkatan bahan pustaka, pelayanan dan sumber daya manusia (SDM)-nya juga ikut diperhatikan. Hal ini terbukti dengan diutusnya dua orang pegawai untuk kuliah program sarjana dan program pascasarjana di salah satu universitas negeri di Bandung.
Perpustakaan yang sebelumnya tidak pernah disentuh oleh teknologi informasi ini, sekarang sudah mulai menerapkan otomasi perpustakaan, dengan menggunakan sebuah software yang merupakan buatan Indonesia sendiri. Rencananya Perpustakaan Nasional akan membuat jaringan kerja sama antar perpustakaan secara nasional. Sekarang proyek tersebut sedang berlangsung di semua perpustakaan daerah di Indonesia. Dalam hal ini, diharapkan agar kedepannya semua perpustakaan di Indonesia dapat melakukan kerja sama antar perpustakaan dengan lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh, pengguna perpustakaan di Kota Makassar bisa meminjam bahan pustaka yang terdapat di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dengan memanfaatkan software tersebut. Dengan penggunaan software ini, pengguna bisa mengetahui dimana bahan pustaka yang mereka butuhkan dan kemudian mereka bisa meminjamnya hanya dengan datang ke perpustakaan yang ada di kota mereka. Untuk itu perpustakaan juga akan melayani delivery bahan pustaka antar perpustakaan.

Fasilitas

Fasilitas yang ada di perpustakaan ini diantaranya:
1. Ruang Baca, perpustakaan ini juga memiliki ruang baca seperti perpustakaan lain pada umumnya.
2. Ruang Anak, merupakan ruang baca yang dikhususkan hanya kepada anak-anak.
3. Ruang Administrasi, tempat berlangsungnya proses administrasi perpustakaan.
4. Ruang Pengolahan, tempat pengolahan bahan pustaka.
5. Ruang Referensi, terdapat berbagai referensi yang sangat berguna bagi para peneliti.
6. Ruang Teknologi Informasi, memanfaatkan fasilitas internet.
7. Ruang Auditorium, mampu menampung sekitar 1000 orang.
8. Ruang Penjilidan, berguna untuk pemeliharaan serta pelestarian bahan pustaka.
9. Ruang Fumigasi, sayangnya ruangan ini tidak digunakan semestinya, malah ruangan ini menjadi gudang untuk tempat penyimpanan koran.
10. Ruang Miniteater, karena kapasitasnya hanya sedikit, yaitu terdiri dari 54 tempat duduk, maka dikenal dengan "ruangan miniteater".
11. Ruang Fotokopi, bisa digunakan oleh semua pengunjung.
12. Ruang Rapat, berkapasitas sekitar 70 orang.
13. Musala, perpustakaan ini juga menyediakan musala bagi umat Islam yang hendak menunaikan ibadah.
14. Museum Bawah Tanah (Musabata), mengoleksi berbagai macam benda-benda kuno tempo dulu, seperti batu-batuan, tulang, dan lain sebagainya.

Selain fasilitas yang sudah disebutkan diatas, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta juga memiliki perpustakaan keliling yang tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi, terutama bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan. Pada dasarnya, fungsi dari perpustakaan keliling ini sebenarnya sama dengan perpustakaan umum, karena perpustakaan keliling merupakan kepanjangan layanan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta.

Fungsi

Sesuai dengan mottonya, yaitu Perpustakaan sebagai Agen Perubahan Sosial, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta ini menjadikan masyarakat bebas dari kebodohan, dan buta huruf, serta meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, terutama masyarakat Kota Bukittinggi sendiri. Dengan senangnya masyarakat membaca, berarti Perpustakaan Proklamator Bung Hatta telah berpartisipasi aktif dalam pembebasan masyarakat dari kemiskinan, karena kebodohan merupakan awal dari kemiskinan. Peranan ini diharapkan agar Perpustakaan Proklamator Bung Hatta benar-benar dapat menjadi agen perubahan sosial bagi masyarakat Kota Bukittinggi dan Sumatera Barat secara umum.
Selain itu sebagai agen perubahan sosial, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta harus mampu mewujudkan masyarakat yang memiliki wawasan yang luas serta kaya akan informasi. Oleh karena itu, perpustakaan ini harus bisa memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pemenuhan rasa ingin tahu mereka, sehingga masyarakat bisa mengetahui berbagai informasi terbaru (up to date).
Selain fungsi yang sudah dijelaskan di atas, ada 4 fungsi perpustakaan pada umumnya, yaitu:
1. Sebagai Fungsi Pendidikan
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada penggunanya untuk menambah pengetahuan mereka.
2. Sebagai Fungsi Rekreasi
Selain menyediakan buku-buku pengetahuan, perpustakaan juga menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan), sehingga dapat digunakan oleh para pembaca dalam mengisi waktu senggang.
3. Sebagai Fungsi Penelitian
Perpustakaan juga menyediakan bahan bacaan yang bisa dijadikan sumber / obyek penelitian.
4. Sebagai Fungsi Informasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perpustakaan menyediakan berbagai bahan bacaan yang terdiri dari berbagai informasi yang bermutu dan up to date yang disusun secara teratur dan sistematis.

Koleksi

Sejak peresmian Perpustakaan Proklamator Bung Hatta pada tanggal 21 September 2006 oleh Presiden Republik Indonesia, H. Susilo Bambang Yudhoyono, sumbangan buku untuk perpustakaan ini terus mengalir, sehingga dalam waktu singkat total buku yang sudah disumbangkan ke perpustakaan ini mencapai ribuan jumlahnya. Kemudian ditambah lagi 100 buah buku yang disumbangkan oleh Nursyamsi, yang merupakan hasil karya beliau sendiri, dan langsung diterima oleh Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Faisal S.Pd. Buku-buku yang beliau sumbangkan tersebut diantaranya terdiri dari Revitalisasi Perbankkan, Presiden dan Wakil Presiden, Kiat-Kiat Memenangkan Pilkada, Memahami Sistem Struktur, dan Person.
Selanjutnya, selama tahun 2010 Perpustakaan Proklamator Bung Hatta telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Tercatat bahwa perpustakaan ini memiliki 110.000 eksemplar buku dalam 60.000 judul. Data terakhir menunjukkan bahwa perpustakaan ini setiap harinya dikunjungi oleh 400 pembaca, dengan total buku yang dipinjam sejumlah 100 judul tiap harinya. Buku-buku tersebut mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari sejarah, ekonomi, politik, hingga kuliner. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ilmu dan informasi. Sebagaimana diketahui bahwa Bukittinggi adalah kota pendidikan dengan ribuan siswa dan mahasiswa. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas koleksinya, perpustakaan ini terus berusaha menggalang dana dan sumbangan dari para donator dan pecinta buku.

Pameran Buku dan Bazar Buku

Dalam rangka memperingati hari lahir Bung Hatta yang ke-107, sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-64, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta menyelenggarakan pameran buku dan bazar buku murah. Acara pameran dan bazar buku ini diisi oleh koleksi buku-buku dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Daerah Sumatera Barat, Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, serta sejumlah penerbit buku.
Pameran tersebut bertajuk “Dengan Memperingati Hari Lahir Bung Hatta ke 107 Kita jadikan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta menjadi Pusat Pembelajaran Seumur Hidup”. Pameran ini secara resmi dibuka oleh Wakil Walikota Bukittinggi, H. Ismet Amzis, S.H. Pada acara pameran tersebut turut hadir Kakan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi, Drs. H. Zulkifli Joneva, Ketua Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang diwakili oleh Kabid Pelayanan, Nini Suarni, penerbit, Kepala Sekolah se-Kota Bukittinggi, dan siswa Sekolah Dasar (SD).
Dalam kesempatan ini, Ismet Amzis memaparkan bahwa kegiatan bazar dan pameran buku ini diharapkan agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai koleksi buku dan scientific museum yang dimiliki oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Kemudian, hal yang tidak kalah penting yaitu mampu memotivasi dan meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bukittinggi pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Sementara Nini Suarni mengatakan bahwa hingga saat ini penyelenggaraan perpustakaan di Indonesia telah diatur oleh 2 Undang-Undang (UU). Oleh karena itu ia berharap agar semua perpustakaan konsisten dalam menjalankan apa yang tertera atau tercantum di dalam UU ini, sehingga sinkronisasi dan koordinasi dari pusat ke daerah dapat tercapai dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan perpustakaan.
Kemudian, pada kesempatan yang sama, Zulkifli mengemukakan bahwa buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta berasal dari pengadaan melalui APBD, bantuan instansi pemerintah perpustakaan nasional,perpustakaan daerah, masyarakat, serta souvenir PNS yang melakukan perjalanan ke luar daerah.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_Proklamator_Bung_Hatta

Kamis, 09 Mei 2013

Atlantis

Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.

Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak memercayainya dan kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga memengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).

Peta Atlantis kiri menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.

Peta Atlantis kanan menurut Arysio Nunes dos Santos dalam bukunya Atlantis, The Lost Continent Finally Found terletak di Indonesia

 

Catatan Plato


Lukisan Plato.

Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato—setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias—akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subjek diskusi dalam Hermocrates.
Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa), catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.


Terjemahan Latin Timaeus, dibuat pada abad pertengahan.

Timaeus

Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.
Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.

Critias

Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.

Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyeberang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).

Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal di sini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra di sekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga berasal dari namanya, yang berarti "Pulau Atlas".

Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).

Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukkan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.

 

Catatan kuno lainnya

Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.

Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".

Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica". Marcellus masih belum diidentifikasi.
Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang memercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.

Catatan Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di Pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, "kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος, "kota-Pertempuran"). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyeberangi samudra untuk menaklukkan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.

Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.

Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine" (Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.
Risalah Ibrani mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.

Catatan modern

Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.

Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis.
Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.
Peta menunjukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.

Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.

Selama akhir abad ke-19, gagasan mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua hilang" lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia) bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras dengan Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923 dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban kuno yang jaya, memiliki kapal dan pesawat tempur yang menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius, dan telah tenggelam. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr. J. Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.
Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakkan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.



Ignatius L. Donnelly. (Kiri)
Edgar Cayce. (Kanan)

Ide Nasionalis

Konsep Atlantis menarik perhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisasi pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras "Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".

Hipotesis terkini

Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.

Hipotesis lokasi



Citra satelit Santorini dari udara. Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai lokasi Atlantis.

Sejak Donnelly, terdapat lusinan-bahkan ratusan-usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.

Lokasi yang diusulkan kebanyakan berada di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM
menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis. Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003. A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.

Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.

Antarktika, Indonesia, di bawah Segitiga Bermuda, dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India telah menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Atlantis

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Tenggelamnja Kapal Van der Wijck (EYD: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck) adalah sebuah novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat pada tahun 1938. Dalam novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia Bakri Siregar menyebut Van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding sebagai plagiasi dari karya Jean-Baptiste Alphonse Karr berjudul Sous les Tilleuls (1832).
Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck terus mengalami cetak ulang sampai saat sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu sejak tahun 1963 dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.

Latar belakang

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah ulama asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim Amrullah. Setelah melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu, ia bekerja sebagai guru agama di Deli, Sumatera Utara, lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan ini, terutama saat di Timur Tengah, Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk pergi ke Medan. Di kota itu, ia menerima permintaan untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masjarakat, yang dalam majalah ini untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan. Di sela-sela kesibukannya, Hamka menulis Van der Wijck; karya yang diilhami sebagian dari tenggelamnya suatu kapal pada tahun 1936.

Plot

Perdebatan mengenai harta warisan antara Pendekar Sutan dengan mamaknya berujung pada kematian. Akibat membunuh mamaknya, Pendekar Sutan diasingkan dari Batipuh ke Cilacap selama dua belas tahun. Setelah bebas, Pendekar Sutan memilih menetap di Makassar dan menikah dengan Daeng Habibah. Akan tetapi, setelah memperoleh seorang anak bernama Zainuddin, Daeng Habibah meninggal dan, tak lama setelah itu, Zainuddin menjadi yatim piatu.
Ketika beranjak remaja, Zainuddin meminta izin kepada pengasuhnya, Mak Base untuk berangkat ke Minangkabau; ia telah lama ingin menjumpai tanah asal ayahnya di Batipuh. Namun, kedatangan Zainuddin tidak mendapatkan sambutan baik di tengah-tengah struktur masyarakat yang bernasabkan kepada ibu itu. Ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau karena, meskipun berayah Minang, ibunya berasal dari Bugis. Akibatnya, ia merasa terasing dan melalui surat-surat ia kerap mencurahkan kesedihannya kepada Hayati, perempuan keturunan bangsawan Minang yang prihatin terhadapnya.
Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke Padang Panjang karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati sempat menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah; Aziz, yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang, lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz.
Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke Jawa bersama temannya Muluk, tinggal pertama kali di Batavia sebelum akhirnya pindah ke Surabaya. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang ke rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di Tuban. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun tak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Jasadnya dimakamkan di dekat pusara Hayati.

Tema

Seperti novel Hamka sebelumnya, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Van der Wijck ditulis untuk mengkritik beberapa tradisi dalam adat Minang yang berlaku saat itu, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat; hal ini dimunculkan dengan usaha Hayati menjadi istri yang sempurna biarpun Aziz tidak menghargainya. Hamka beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Dalam karyanya yang lain, Hamka terus mengkritik adat.

Rilis dan penerimaan

Van der Wijck pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam majalah Islam mingguan Hamka di Medan, Pedoman Masjarakat pada tahun 1938. Menurut Yunan Nasution, salah satu karyawan majalah tersebut, ketika majalah itu dikirimkan ke Kutaraja, Aceh (kini Banda Aceh), banyak pembaca yang telah menunggu di stasiun kereta api agar bisa membaca bab berikutnya secepat mungkin. Hamka juga menerima surat dari beberapa pembaca, yang beranggapan bahwa novel itu mencerminkan kehidupan mereka. Namun, beberapa orang Muslim konservatif menolak Van der Wijck; mereka menyatakan bahwa seorang ulama harusnya tidak mengarang cerita tentang percintaan.
Setelah mendapat sambutan yang hangat itu, Hamka memutuskan untuk menerbitkan Van der Wijck sebagai novel dengan usaha penerbitan milik temannya, M. Syarkawi; dengan menggunakan penerbit swasta Hamka tidak dikenakan sensor seperti yang berlaku di Balai Pustaka. Cetakan kedua juga dengan penerbit Syarkawi. Lima cetakan berikutnya, mulai pada tahun 1951, dengan Balai Pustaka. Cetakan kedelapan pada tahun 1961, diterbitkan oleh Penerbit Nusantara di Jakarta; hingga tahun 1962, novel ini telah dicetak lebih dari 80 ribu eksemplar. Cetakan setelah itu kemudian diterbitkan oleh Bulan Bintang. Novel Hamka ini juga pernah diterbitkan di Malaysia beberapa kali.
Kritikus sastra Indonesia beraliran sosialis, Bakri Siregar menyebut Van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka. Kritikus lain, Maman S. Mahayana, berpendapat bahwa novel ini mempunyai karakterisasi yang baik dan penuh ketegangan; Maman beranggapan bahwa ini mungkin karena novel ini awalnya diterbitkan sebagai cerita bersambug.

Tuduhan plagiasi

Pada bulan September 1962, Abdullan S.P.—nama samaran dari Pramoedya Ananta Toer—yang memuat tulisannya ke dalam koran Bintang Timur menyebutkan bahwa novel Van der Wijck diplagiasi dari Sous les Tilleuls (1832) karya Jean-Baptiste Alphonse Karr, melalui terjemahan berbahasa Arab oleh Mustafa Lutfi al-Manfaluti; sebenarnya desas-desus plagiasi sudah lama ada. Hal ini menjadi polemik luas dalam pers Indonesia. Sebagian besar orang yang menuduh Hamka berasal dari Lekra, sebuah organisasi sastra sayap kiri yang berafiliasi dengan PKI. Sementara itu, penulis di luar sayap kiri melindungi Hamka. Beberapa kritikus menemukakan beberapa kesamaan antara dua buku tersebut, baik dari segi alur maupun teknik penceritaan.
Ahli dokumentasi sastra H.B. Jassin, yang membandingkan kedua karya itu dengan menggunakan terjemahan Sous les Tilleuls berbahasa Indonesia yang diberi judul Magdalena, menulis bahwa novel ini tidaklah mungkin hasil plagiasi, sebab cara Hamka mendeskripsikan tempat itu sangat mendalam dan sesuai dengan gaya bahasanya dalam tulisan sebelumnya. Jassin juga menegaskan bahwa novel Van der Wijck membahas masalah adat Minang, yang tidak mungkin ditemukan dalam suatu karya sastra luar. Akan tetapi, Bakri Siregar beranggapan bahwa terdapat banyak kesamaan antara Zainuddin dan Steve, serta Hayati dan Magdalena, yang menandai adanya plagiasi. Kritikus sastra asal Belanda, A. Teeuw menyatakan bahwa tanpa berpendapat kalau kesamaan yang terkandung dalam novel itu dilakukan secara sadar, memang terdapat banyak hal yang mirip di antara kedua karya itu, tetapi Van der Wijck sesungguhnya mempunyai tema yang murni dari Indonesia.

 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelamnya_Kapal_Van_der_Wijck

Antarktika

Antarktika (dari bahasa Yunani ἀνταρκτικός "antarktikos", lawan kata arktik atau anti-arktik) merupakan benua yang meliputi Kutub Selatan Bumi. Tempat terdingin di muka bumi ini sebagian besar tertutup es sepanjang tahun. Meskipun legenda dan spekulasi tentang sebuah Terra Australis ("Tanah Selatan") sudah ada sejak zaman kuno, penemuan benua yang pertama kali diterima umum terjadi pada 1820 dan pendaratan yang pertama tercatat tahun 1821. Namun demikian, peta yang dibuat Laksamana Piri Reis tahun 1513 memuat sebuah benua selatan yang diduga sebagai pantai Antarktika. (Lihat juga Sejarah Antarktika).
Dengan luas 13.200.000 km², Antarktika adalah benua terluas kelima setelah Eurasia, Afrika, Amerika Utara, dan Amerika Selatan namun populasinya terkecil jauh di bawah yang lain (umumnya dihuni oleh para peneliti dan ilmuwan untuk batas waktu tertentu saja). Benua ini juga memiliki ketinggian tanah rata-rata tertinggi, kelembaban rata-rata terendah, dan suhu rata-rata terendah di antara semua benua di bumi.
Antarktika merupakan zona bebas, walaupun sampai saat ini masih ada beberapa negara di dunia yang mengajukan klaim kepemilikan wilayah di benua Antarktika tersebut.

Sejarah singkat Antarktika

Meski keberadaan benua Antarktika sudah diduga sejak lama, namun benua ini baru ditemukan pada tahun 1820. Siapa yang menemukannya pertama kali tidaklah jelas sebab ada tiga orang dari tiga negara yang mengklaimnya yaitu: Fabian von Bellingshausen dari Rusia, Edward Bransfield dari Britania Raya dan Nathaniel Palmer dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1911 Roald Amundsen dari Norwegia adalah orang pertama yang mencapai kutub selatan. Tidak lama kemudian ia disusul oleh Robert Falcon Scott dari Britania Raya.

Iklim

Antarktika adalah tempat terdingin di Bumi dengan suhu mencapai -85 dan -90 derajat Celsius di musim dingin dan 30 derajat lebih tinggi di musim panas. Bagian tengahnya dingin dan kering serta hanya mengalami sedikit curah hujan. Turunnya salju juga terjadi di bagian pesisir, dengan catatan tertinggi 48 inchi dalam 48 jam. Hampir seluruh benua ini diselimuti es setebal rata-rata 2,5 kilometer.
Tergantung pada lintangnya serta waktu malam atau siang yang konstan, membuat iklim yang biasa dialami manusia tidak terdapat di benua ini.

Flora dan fauna

Hewan yang umum dijumpai di wilayah ini adalah pinguin. Pinguin adalah jenis burung yang tidak bisa terbang, namun pinguin merupakan penyelam yang ulung. Hewan lainnya adalah singa laut, anjing laut dan ikan paus.

Populasi

Diperkirakan terdapat sekitar 1.000 orang tinggal di Antarktika dalam satu waktu namun bergantung juga terhadap musim. Orang yang tinggal di Antarktika biasanya menggunakan zona waktu negara asalnya. Walau tidak ada pemukim tetap, 29 negara yang menandatangani Traktat Antarktika memiliki stasiun riset yang umumnya selalu digunakan sepanjang tahun.
Banyak yang menganggap bahwa manusia pertama yang dilahirkan di Antarktika adalah Solveig Gunbjörg Jacobsen, tepatnya di Grytviken, pulau Georgia Selatan pada tanggal 8 Oktober 1913. Namun dikarenakan pulau ini tidak dianggap sebagai bagian dari benua Antarktika, maka Emilio Marcos Palma (lahir 7 Januari, 1978) sampai sekarang adalah orang pertama yang lahir di benua Antarktika. Ia adalah seorang warganegara Argentina. Lalu pada tahun 1986 dan 1987 di stasiun Chili lahir pula seorang anak lelaki dan perempuan.

Klaim teritorial


Peta: The World Factbook CIA
Beberapa negara, terutama yang letaknya tidak jauh dari Antarktika pada awal abad ke-20 mengklaim beberapa wilayah di Antarktika. Pengklaiman ini secara praktis tidak ada artinya, namun seringkali digambarkan oleh para ahli kartografi dalam membuat peta dan atlas.
Kebanyakannya yang mengklaim wilayah-wilayah ini memiliki stasiun observasi dan penelitian di dalam wilayah mereka. Perjanjian Antarktika tidak mengakui klaim-klaim ini dan sebagian besar negara di dunia tidak mengakui wilayah-wilayah ini. Beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Rusia tidak atau belum mengklaim wilayah tetapi menyatakan bisa mengklaim wilayah pada masa depan.
  • Argentina: 25° B sampai 74° B; sebagian meliputi wilayah Chili dan Britania. Antártida Argentina diklaim pada tahun 1943 sebagai bagian wilayah provinsi "Terra Fuega, Antarctica dan kepulauan Atlantika Selatan.
  • Australia: 160° T sampai 142° T dan 136° T sampai 45° T; diklaim pada 1933 sebagai Teritorium Antarktika Australia.
  • Britania Raya: 20° B sampai 80° B; meliputi wilayah Argentina dan Chili. Diklaim pada tahun 1908, lihat pula Teritori Antarktika Britania.
  • Chili: 53° B sampai 90° B; juga meliputi wilayah Argentina dan Britania; mulai tahun 1940.
  • Perancis: 142° T sampai 136° T; tanah Adelie diklaim pada 1924.
  • Selandia Baru: 150° B sampai 160° T; Dependensi Ross diklaim pada 1923.
  • Norwegia: 45° T sampai 20° T; diklaim pada 1938 sebagai Queen Maud Land, termasuk pulau Peter I.
Wilayah antara 90° B dan 150° B belum diklaim siapa-siapa.

Klaim masa lalu

  • Afrika Selatan: antara 1963 sampai 1994.
  • Brasilia: 28° B sampai 53° B; meliputi wilayah Argentina, Britania dan Chili. Secara informal diklaim pada tahun 1986.
  • Jerman: 20° T sampai 10° B; sekarang diambil alih Norwegia. Antara tahun 1939 sampai 1945 dikenal sebagai Neuschwabenland.

Komunikasi

Kode telepon internasional untuk Antarktika adalah +672. Antarktika sudah memiliki jasa layanan telepon nirkabel. Di Pangkalan Marambio milik Argentina terdapat sebuah menara selular yang menggunakan teknologi AMPS dan di Pulau Raja George terdapat sebuah menara GSM Entel Chili. Selain ini, komunikasi terbatas pada koneksi satelit.

Wisata


Prangko peringatan Antarktika
Wisata ke Antarktika biasanya diselenggarakan lewat pelayaran laut. Orang-orang boleh menumpang kapal pesiar mewah yang akan berlayar mendekati Antarktika dalam jarak yang aman karena laut di sekitar Antarktika yang penuh dengan gunung-gunung es.
Di dasawarsa 70-an, wisata dengan pesawat terbang juga populer untuk sesaat. Ada 2 maskapai penerbangan yang melayani penerbangan melintasi Antarktika untuk menikmati pemandangan dari udara yaitu Qantas Airlines dan Air New Zealand. Namun setelah kecelakaan pesawat Air New Zealand penerbangan TE-901 yang menabrak gunung Erebus pada tanggal 28 November 1978, penerbangan menikmati pemandangan Antarktika dari udara ini kemudian dihentikan.



Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Antartika